Sunday, April 9, 2017

Sesuatu.



Kukira setiap gelas kopi yang ku teguk bisa menenangkanku
Kukira dengan berjam-jam berbaring dan bermimpi bisa membuatku lebih nyaman.
Kukira setiap alunan musik itu bisa memfokuskan pikiranku.
Kukira hanya dengan bernafas dan merasakan bahwa jantungku berdetak, adalah bukti bahwa aku benar hidup.
Aku tertawa, aku bahagia.
Bukan.
Bukan.

Tuesday, March 28, 2017

Aku.

Dikegelapan, aku terus berjalan dan berjalan.
Seperti tanpa akhir.
Apakah aku sedang berjalan? Atau aku hanya membayangkan bahwa aku sedang berjalan?
Apakah ini bisa disebut gelap? Tak melihat. Benar-benar gelap.
Arah?
Kemana?

Friday, October 14, 2016

I(de)lusi



Pernahkah kamu begitu mencintai, sampai tak peduli dengan diri sendiri?
Hingga mengabaikan mata dan nyatamu?

***

Riuh, bising namun terdengar sangat jauh.
Dunia sudah terlalu penuh untuk mengemban beratnya duka dan segala rasaku.
Dan, aku berakhir disini.
Histeria menggema, menggaung memenuhi ruang yang sempit.
Bersusah payah meneriakkan dengan serak nama asing yang ku damba.
Bahkan jika suara itu tak terdengar, aku masih terus memanggilnya.

Tuesday, November 3, 2015

Sincerely, Yang Merindu.

Berusaha tak memikirkanmu akhir-akhir ini mungkin sudah berhasil kulakukan.
Larut dalam tugas, hah, tugas terus datang tiap hari mengejarku sampai aku lumpuh untuk berlari. Game, huh, game yang selalu manja minta diupdate dan kesibukanku mengutak-atik controller yang baru kupinjam. Modem, yah, modem yang kubiarkan menyala berjam-jam dan kubiarkan habis karna updatean yang gak terduga. Dan kopi, meh, secangkir kopi disaat aku butuh secangkir rasa hangat saat rasanya dunia ini penuh omong kosong tak bermakna.

Tapi, ada saat-saat dimana aku terlalu rindu kamu.
Saat heningnya malam mulai menyapa, saat adamu sudah tak lagi kurasa.
Aku benar-benar pernah terlalu rindu kamu.
Pagi yang terlalu terbiasa dengan kabarmu, malam yang selalu berakhir dengan suara beratmu.
Aku pernah berkali-kali jatuh merindumu.
Tiap aku mencoba menepikanmu, segaris senyum jahatmu selalu memaksaku untuk terus memikirkanmu. Aku merindukan senyum itu.
Merindumu itu menyiksaku.

Friday, October 16, 2015

Kamu dan Secangkir Kopi

Setiap kali, saat pagi datang aku selalu menyapa matahari dengan hangat. Kantung mataku tak berarti apa-apa. Disetiap pagiku, seduhan kopi selalu menyegarkan ingatanku bahwa malam tak begitu panjang untuk ditangisi. Entah mengapa, kali ini seduhannya menghadirkan rasa pahit, aku kehilangan rasa manis dicangkirku.

Benar saja, semerbak aroma itu terus membangunkan ingatanku tentangmu, tentang kopi yang selalu kau hadirkan ditengah pembicaraan kita. Secangkir kopi yang selalu menemani hari-hari gelisahmu. Secangkir kopi hangat menghasilkan banyak cerita yang ingin kutahu.